Fenomena Seni Rupa dapat menyangkut banyak peristiwa, pergerakan, hingga perkembangan umum yang menyangkut seni rupa di dunia. Berbagai fenomena tersebut dapat ditelaah sebagai inspirasi hingga berbagai pertimbangan lain dalam berkarya. Tidak sedikit pula berbagai fenomena seni rupa yang dimanfaatkan untuk penelitian, baik dalam bidang seni rupa, maupun bidang lainnya seperti sejarah, arkeologi, dan bidang ilmu lainnya. Oleh karena itu, fenomena seni rupa adalah ilmu yang dapat memberikan manfaat jika dipelajari, baik dari kacamata seni untuk seni, maupun seni untuk kehidupan secara umum. Pada bahasan kali ini akan dipelajari fenomena seni rupa secara umum dari masa ke masa berdasarkan aliran seni serta berbagai gejala estetik yang berkembang di masing-masing zaman. Mengapa? Karena hingga kini, aliran serta pemilahan gaya, atau style adalah indikator yang memiliki visibilitas data paling jelas untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran serta penelitian seni. Seni rupa pramodern adalah istilah yang digunakan untuk menyebut berbagai manifestasi karya seni rupa yang hadir sebelum masa industri Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 21. Hal ini berarti fenomena seni rupa adalah fenomena yang dilihat dari aspek kesejarahan berdasarkan perubahannya, baik dari aspek konseptual maupun aspek kebentukan wujudnya. Beberapa aliran seni rupa yang hadir pada masa Seni Rupa Pramodern adalah sebagai berikut. Primitivisme Aliran primitivisme adalah aliran yang memilii corak karya seni rupa bersifat bersahaja, naif, sederhana, spontan, jujur, baik dari segi penggarapan bentuk maupun pewarnaan Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 21. Seniman primitivisme bebas dari belenggu profesionalisme, tradisi, teknik, dan latihan formal proses kreasi seni. Contoh aliran primitivisme mencakup patung primitif yang banyak ditemukan di Afrika Patung primitif yang ditemukan di Afrika kebanyakan merupakan karya tiga dimensi yang perwujudannya mengekspresikan makna seni dengan bahasa bentuk simbolik. Selain itu, berbagai patung yang ditemukan di wilayah Athena juga dapat diklasifikasikan sebagai aliran primitivisme. Patung Dewi Kecantikan Yunani klasik mengekspresikan makna seni dengan idealisasi bentuk mimesis yang berarti meniru melakukan imitasi rupa manusia dalam wujud yang indah dan sempurna. Naturalisme Naturalisme adalah aliran seni rupa yang teknik pelukisannya berpedoman pada peniruan alam untuk menghasilkan karya seni sehingga seniman terikat sekali pada hukum proporsi, anatomi, perspektif, dan teknik pewarnaan untuk mencapai kemiripan sesuai dengan perwujudan objek yang dilihat oleh mata Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 21. Tokoh-tokoh aliran ini antara lain Abdullah SR, Wakidi, Pirngadi, Basoeki Abdullah, Trubus, Dullah, Rustamadji, Wahdi. Baca lebih lanjut mengenai aliran Naturalisme di sini Naturalisme – Pengertian, Ciri, Tokoh, Contoh Karya & Analisis Realisme Aliran seni rupa realisme merupakan perkembangan lebih lanjut dari naturalisme. Aliran ini muncul di belahan dunia barat sekitar pertengahan abad ke-17. Intisari filosofinya menunjukkan keyakinan seniman terhadap realitas duniawi yang kasat mata sebagai objek penciptaan karya seni. Pada umumnya realisme dibedakan menjadi beberapa kategori. Misalnya, realisme sosialis yang cenderung mengungkapkan adegan-adegan kehidupan manusia yang serba sengsara, getir, dan pahit. Herbert Read dalam Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 22 menyatakan bahwa “Jenis seni rupa yang sepenuhnya dapat kita sebut sebagai realistis adalah yang berusaha dengan segala daya untuk menyatakan perwujudan objek dengan tepat, dan seni seperti ini, sebagaimana halnya filsafat realisme, selalu berdasar atas keyakinan atas keberadaan objektif dari sesuatu”. Dapat disimpulkan bahwa dalam pengertian murni, aliran realisme berusaha melukiskan keadaan secara nyata, seniman realis memandang dunia ini tanpa ilusi, mereka menciptakan karya seni rupa yang nyata menggambarkan apa-apa yang nyata dan benar-benar ada di dunia ini. Dengan kata lain, seniman realis mendasarkan seninya pada penerapan panca inderanya tanpa mengikutsertakan fantasi dan imajinasinya. Tokoh-tokoh realisme di Indonesia antara lain Raden Saleh realisme romantis, Soedjojono, Dullah, Rustamadji realisme fotografis, Dede Eri Supria, dan Ronald Manullang Realisme Baru. Penjelasan lengkap mengenai aliran ini dapat disimak pada artikel berikut ini Realisme & Pengertian, Ciri, Tokoh, Contoh Karya, Analisis Dekoratif Karya seni rupa dekoratif senantiasa berhubungan dengan hasrat menyederhanakan bentuk dengan jalan mengadakan distorsi, ciri-cirinya bersifat kegarisan, berpola, ritmis, pewarnaan yang rata, dan secara umum mempunyai kecenderungan kuat untuk menghias. Tujuan dan sifat hias tersebut menyebabkan keindahan rupa dekoratif termasuk kategori seni yang mudah dicerna oleh masyarakat. Pada karya dekoratif yang berwujud dua dimensi, aliran ini sering mengabaikan unsur perspektif dan anatomi, sedangkan pada karya tiga dimensi mengabaikan plastisitas bentuk naturalistis. Karya seni rupa dekoratif dapat diklasifikasi menjadi dua bagian utama, yakni dekoratif figuratif dan dekoratif geometris. Dekoratif figuratif Dekoratif figuratif biasanya ditandai dengan penggambaran wujud figur atau bentuk-bentuk di alam yang kita kenali. Seperti misalnya, pemandangan, pasar, kota, hewan-hewan di tengah rimba, lukisan kehidupan sehari-hari, dsb. Namun teknik pelukisannya tidak berupaya untuk meniru rupa secara realistis, melainkan dikerjakan dengan bentuk yang datar tanpa memperhitungkan aspek volume dalam penggarapan bentuk visual. Dekoratif geometris Sementara itu, dekoratif geometris adalah karya-karya seni rupa yang bebas dari peniruan alam, perwujudannya merupakan susunan motif, bentuk, atau pola tertentu di tata sedemikian rupa sehingga memiliki kapasitas untuk membangkitkan perasaan keindahan dalam diri pengamatnya. Lukisan-lukisan geometris cenderung rasional karena terikat pada pola, motif, bentuk-bentuk, dan teknik pelukisan yang menuntut keterampilan dan kesabaran dalam proses kreasinya. Seni rupa dekoratif geometris dapat dilihat pada ragam hias di daerah-daerah seluruh kepulauan Indonesia. Misalnya motif pilin berganda, lingkaran, elips, setengah lingkaran, segi tiga, prisma, empat persegi, dan lain-lain. Motif tersebut biasanya tersusun rapi dengan teknik pengulangan, sehingga tercipta suatu harmoni, karena penempatannya mementingkan keteraturan dan kerapian, maka dalam bentuk tradisional komposisinya simetris. Namun kerap pula kita jumpai dalam era modern komposisi yang bebas, seperti pada karya Sapto Hudoyo dan Hatta Hambali. Tokoh-tokoh pelukis dekoratif di Indonesia meliputi Kartono Yudokusumo, Widayat, Suparto, Ratmoyo, Batara Lubis, Amrus Natalsya, Irsam, Sarnadi Adam, Ahmad Sopandi, Boyke Aditya, Kuncana, I Gusti Nyoman Lempad, I Gusti Ketut Kobot, I Gusti Made Deblog. Seni Rupa Modern Dasar filosofis dan gejala seni rupa modern pada hakikatnya merupakan kelanjutan perkembangan seni rupa sebelumnya pramodern. Zaman modern adalah era di mana perkembangan ilmu pengetahuan baik dari bidang filsafat hingga teknologi melaju jauh lebih pesat jika dibandingkan dengan zaman pramodern. Perkembangan filsafat memunculkan tokoh-tokoh seperti Imanuel Kant, Hegel, Schopen-hauer, Nietze, Comte, Charles Darwin, dan lain-lain yang menghasilkan berbagai filosofi, pencerahan, dan kebijaksanaan-kebijaksanaan baru yang mengusung zaman modern. Sementara itu, di bidang Mikrobiologi tampil nama-nama Antoni van Leeuwenhoek, Pasteur, Robert Koch, Paul Ehrilch, dan lain-lain. Sedangkan di sektor sosial ekomomi tampil Adam Smith, seorang pelopor sistem persaingan bebas, dengan lawannya Karl Marx, Thomas Maltus, Le Bon, Montesque, dan Rousseu. Selanjutnya, di bidang ilmu psikologi muncul Sigmund Freud dengan psikoanalisis yang menelurkan teori takbir mimpi-mimpi dan metode katarsis. Tokoh penting lainnya meliputi Carel Gustave Jung, Alferd Adler, dan Kunkel bersaudara. Semua tokoh tersebut muncul bersamaan dengan perkembangan disektor fisika dan astronomi, sehingga jadilah abad modern yang dikuasai oleh ilmu dan teknologi. Perkembangan atau “kemajuan” ini juga tentunya tidak hanya menyejahterakan kehidupan manusia saja, namun juga menimbulkan efek samping, yakni eksploitasi industrialisasi, kolonialisme, imperialisme, kemiskinan di pihak lain, sehingga terjadi dua kali perang dunia di abad ke-20 dan beratus kali perang lokal dan perang dingin. Berbagai pergolakan ilmu pengetahuan serta dampak positif dan negatifnya merupakan pemicu kelahiran Seni Rupa Modern. Faktor lain yang menjadi dominan esensi seni rupa modern ialah kesadaran akan nilai individu sebagai karakter aktivitas manusia. Hal ini berakar dari budaya Renaisans, humanisme universal yang akhirnya tampil sebagai abad pencerahan di Eropa. Oleh karena itu, dalam mengkaji fenomena seni rupa modern, kita dapat memulainya dari jasa para impresionisme Perancis. Mengapa? Karena mereka merupakan pelopor utama yang ingin memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam berkarya namun berusaha untuk menanggalkan dampak negatifnya lewat berkarya pula. Baca juga Seni Rupa Modern Sejarah, Sifat, Ciri & Penjelasan Para Ahli Aliran Impresionisme Para impresionis aktif menyelenggarakan pameran-pameran impresionisme pada tahun-tahun 1874, 1877, 1879, 1880, 1881, 1882, dan 1886. Meskipun dalam tubuh impresionisme terjelma beberapa keunikan individu, tapi secara keseluruhan kelompok ini menunjukkan kesatuan sikap, yakni pemberontakan terhadap kaum akademis, seperti Jaques Louis David dan Jean Augustie Dominique Ingres. Kaum akademis di sini maksudnya adalah para tokoh seni rupa Akademi yang dianggap mengekang kreativitas seniman dengan memuat berbagai aturan-aturan ketat pada lukisan yang boleh dipamerkan di Akademi yang dulu merupakan pusat seni rupa di Perancis yang telah mendunia dan menelurkan banyak seniman terkenal. Lalu seperti apa aliran impresionisme itu sendiri? Pada tahun 1876 kritikus Duranty menulis “Dari intuisi ke intuisi, secara bertahap mereka tiba pada dekomposisi sinar matahari menjadi lapisan spektrum dan elemennya, kemudian mengkonstruksikannya menjadi kesatuan dengan keselarasan baru, bagaikan warna pelangi yang bertaburan di atas kanvas mereka.” Kemunculan aliran impresionisme membuka peluang perkembangan seni lukis secara lebih terbuka, sehingga melahirkan beberapa kecenderungan. Dari Seurat dan Signac yang pointilis, eksploitasi anasir cahaya dan warna muncul ekspresionisme Vincent van Gogh, kemudian melahirkan fauvisme dan abstrak ekspresionisme. Respons Paul Cezanne terhadap impresionisme, mengakibatkan lahirnya kubisme, dan perkembangannya kemudian sampai kepada konstruksivisme, minimal art, dan seterusnya. Baca lebih lanjut mengenai aliran impresionisme pada artikel berikut ini Impresionisme Pengertian,Ciri,Tokoh, Contoh Karya & Analisis Seni Pop Pop Art Budaya pop tumbuh dari pertemuan beberapa kecenderungan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat pada pertengahan tahun 1950-an. Budaya ini ditandai oleh minimnya pengangguran hingga meningkatnya konsumerisme, karena masyarakat mulai sanggup untuk mengonsumsi berbelanja dengan lebih pesat. Hal tersebut terjadi karena meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang berarti trdapat mobilitas sosial ke atas, hingga melonggarnya struktur kelas dalam masyarakat, berubahnya pandangan sosial, dan kesejahteraan kaum muda, beserta budaya protesnya, pengalaman dan kepekaan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kemunculan Pop Art Gerakan ini membentuk diri di sekitar terbentuknya pula identifikasi seni di Amerika dan pengingkaran berbagai kaidah seni Eropa. Mudahnya, pop art menjadi tumpuan perpindahan “pusat seni” dunia dari Paris Prancis ke New York di Amerika . Pop Art dipelopori oleh para pelukis seperti Larry Rivers, Jasper John, dan Robert Raus-chenberg, yang tidak hanya menjadi seniman atau pelukis saja, namun berhasil menjadi selebritas yang terkenal di Amerika hingga ke seluruh penjuru dunia. Para seniman tersebut melakukan kritik awal terhadap budaya massa yang dimulai kala itu. Mereka menyoroti bagaimana berbagai budaya lain diabaikan demi merangkul penuh semangat teknologi reproduksi dan berbagai citra serta objek kehidupan industri Amerika Serikat yang direproduksi secara komersial. Namun cara yang mereka lakukan untuk mengkritik budaya komersial tersebut justru adalah dengan menggunakan berbagai elemen yang tersedia dalam budaya massa dan industrialisasi itu sendiri. Bisa jadi juga sebagian seniman justru “menyerah” serta beradaptasi terhadap zaman. Budaya Massa & Konsumerisme Yang jelas, Pop Art juga merupakan produk sistem perekonomian kapitalis, di mana segala hal dalam kehidupan ini, termasuk hal-hal yang berada dalam wilayah realitas simbolisme diusahakan menjadi komoditi yang bisa dijual ke pasar luas. Oleh karena itu, logika produk kesenian yang lahir dari sistem perekonomian ini adalah logika pasar, bukan logika artistik konvensional. Dengan demikian, dalam dunia pop art, eksistensi sang pencipta juga tidak terlalu penting, yang lebih diperlukan adalah produknya yang bisa dikemas sebagai komoditi dan dijual ke pasar luas. Kecuali sosok seniman itu juga merupakan komoditi yang bisa dijual. Dengan kata lain rekayasa citra tentang dirinya lebih penting ketimbang pribadi seniman, karena semakin besar liputan media yang dia peroleh semakin laris karya-karyanya di pasar luas. Tokoh Pop Art Selanjutnya dalam panggung pop art muncul banyak seniman pop art lain yang semakin mengukuhkan aliran ini seperti, Andy Warhol, Roy Lichtenstein, Tom Wesselmann, dan kawan-kawan. Tak hanya lukisan, pop art juga tampil dalam seni patung, poster, desain, seni grafiti, fashion, dan sebagainya. Pop art dipandang pula sebagai salah satu manifestasi subkultur, gerakan kultural generasi muda. Pop art identik dengan gaya hidup generasi muda dengan karakteristik perlawanan kepada kemapanan norma-norma masyarakat yang berlaku. Para peneliti budaya mengartikulasikan bahwa budaya massal yang menjadi fenomena utama dalam budaya pop art terdiri dari “triple M theory” yakni masyarakat massal, media massa, dan budaya massa. Pop art adalah suatu aktivitas seniman yang menggunakan cara pemberian kesan populer sebagai hasil dari revolusi industri dan sekaligus penggunaan dari hasil-hasil revolusi tersebut. Baca juga Pop Art – Pengertian, Latar Belakang, Contoh & Tokoh Seni Optik Sebelum ditemukan seni optik seperti yang ada sekarang ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi, khususnya setelah munculnya berbagai ilmu, seperti ilmu fisika, anatomi manusia, teristimewa pada sistem optik dan beberapa teori warna, baik untuk warna sinar maupun warna pigmen. Perkembangan Ilmu Pengetahuan yang Mempengaruhi Seni Optik Ilmu optik pertama kali dipelajari selama bertahun-tahun di laboratorium oleh seorang ahli filsafat dan juga ahli ilmu fisika Inggris yang bernama Bacon 1220-1292. Bacon mempelajari struktur cahaya dan kaitannya dengan bagaimana mata manusia bisa menangkap warna. Selanjutnya, pada tahun 1642-1727 Sir Isac Newton mengadakan percobaan tentang cahaya menggunakan prisma yang dipantulkan menggunakan sinar matahari yang menimbulkan spektrum warna. Dari eksperimen ini lahir teori yang mengatakan bahwa cahaya matahari dapat diuraikan menjadi beberapa warna, yaitu; merah, jingga, kuning, biru, dan ungu. Kemudian, seorang Ilmuan Brewster mengajukan teori warna dengan membagi campuran warna-warna pigmen menjadi warna primer, sekunder, tertier, sedangkan Munsell Amerika tahun 1958 mengadakan penelitian tentang warna yang didasarkan standarisasi untuk aspek fisik yang dikelompokkan menjadi hue, ligthness, saturation. Selain dari kemajuan ilmu pengetahuan mengenai cahaya, kelahiran seni optik juga tidak lepas dari beberapa peranan termasuk dari Bauhaus, konsep konstruktivisme, dan abstrak geometris yang dasar pemikirannya, eksak, matematis, geometrik, serta bentuk-bentuk tiga dimensional melalui penggarapan ilmu cahaya dan ilmu warna untuk menampilkan efek kedalaman dan presisi tinggi. Seni optik pada kemunculannya meliputi seni dua dimensi dan tiga dimensi, yang mendasarkan diri pada ilmu optik, ilmu cahaya, dan ilmu warna untuk mengolah bentuk-bentuk tertentu yang digunakan untuk mengeksploitasi visibilitas dan persepsi mata. Seni optik pada umumnya berbentuk abstrak, formal, dan konstruktivis melalui bentuk yang khas geometrik dan perulangan yang teratur, rapi, teliti, sehingga dapat menimbulkan efek-efek yang mengecoh mata dengan ilusi ruang. Warna-warna yang digunakan kebanyakan warna cerah atau ligthnes tinggi dengan memberikan batas pada hue atau saturation yang tajam dan tegas. Tokoh Seniman Seni Optik Escher, dapat dikatakan sebagai bapak seni optik, ia adalah seorang seniman grafik dari Belanda, dengan karya litografi pada tahun 1930-an menghasilkan karya-karya awalnya di Itali. Karya-karya Escher merupakan pengolahan mendasar akan ruang dan perspektif yang sangat unik dengan bentuk-bentuk yang mendetail. Dengan mengolah bentuk figur dan latar melalui perubahan bentuk ground dan langit menjadi bentuk burung dengan tepat dan sempurna sekali. Perkembangan selanjutnya, banyak diadakan pameran-pameran seni optis baik di Prancis maupun negara Eropa. Salah satu pameran seni optis yang paling terkenal adalah pameran “Responsive Eye” yang di koordinasi oleh William G. Seitz di New York tahun 1965. Para pelukis yang terlibat dalam seni optik selain Vasarely dan Josepf Albers, ada juga pelukis-pelukis muda lainnya Richard Anuskie-wiecz, Almir Mavigner, Larry Poons, Agam, de Soto, Bridget Riley, Jeffrey Steele, Tadasky, dan Yvaral. Richard Anuskiewiez melakukan eksplorasi berdasarkan ilmu warna, ia menyusun paduan warna dan garis secara teratur dan sistematis yang menimbulkan efek optik sebagai akibat bayangan warna-warna yang tembus pandang dari keteraturan garis yang diciptakan. Melalui eksperimen yang terus-menerus diperoleh berbagai bentuk dan efek optik yang beragam. Dia menyebut dirinya sebagai abstraksionis geometrik. Anuskiewiecz dengan karyanya yang berjudul All things do live in the three lebih banyak mengolah warna komplemen yang memberikan efek visual yang menakjubkan. Seni Konseptual Conseptual Art Istilah seni konseptual pertama kali dikemukakan oleh Edward Keinholz dan Herru Flint yang berasal dari California, tahun 1960. Istilah konseptual adalah sinonim dari idea art. Conseptus dalam bahasa Latin berarti pikiran, gagasan, atau ide. Artinya, konseptual adalah sesuatu yang berkaitan dengan konsep. Konsep atau ide adalah hal yang penting dalam penciptaan seni. Seni konseptual disatukan oleh satu sikap penggunaan bahasa verbal dan non verbal, analogi atau ilmu bahasa menjadi esensi dan seni. Dengan kata lain, seni konseptual adalah seni yang mengedepankan konsepnya saja, bahkan bisa jadi tidak ada artifak benda seni yang dihasilkan, hanya berupa sesuatu yang dapat disiapkan kapan saja ketika karya akan dipamerankan seperti sepotong pisang yang ditempelkan pada panel menggunakan lak ban. Oleh karena itu, seni konseptual sangatlah kontroversial, karena menjungkirbalikkan segala kemapanan seni nilai-nilai, gaya, galeri, pasar seni, dan sebagainya. Para seniman konseptual menggunakan semiotika, feminisme dan budaya populer dalam berkarya, sehingga berlainan sekali dengan karya-karya seni konvensional. Karena itu konseptualisme akhirnya menjadi paham pemikiran yang memayungi bentuk-bentuk seni yang tidak berwujud piktorial dan skulptural seperti body art, eart art, video art, performance art, process art, instalation art, dan lain-lain. Seni konseptual menemukan spektrum baru dalam seni rupa, sebagai pengganti kiasan atau pantun dalam bahasa, surat kabar, majalah, periklanan, pos, telegram, buku-buku, katalogus, foto kopi, film, video, anggota badan, bahkan dunia ini bisa dijadikan medium atau objek seni. Sejak kehadiran seni konseptual batas-batas antara seni secara fisik mulai kabur, sebab seni konseptual mengakses hampir semua bentuk seni dan non seni. Seni Kontemporer Pada Encyclopedia The World Art estetika kontemporer disebutkan, bahwa estetika kontemporer yang baru ini bertujuan untuk memfilsafatkan dalam pengertian anti metafisik, dan kemudian membedakannya dari estetika-estetika sebelumnya. Namun dia tidak akan membuang prinsip kategori-kategori, dan sebagai akibatnya menciptakan konsep mendua dan ragu tentang pengertian filsafat. Sementara itu, Klaus Honnef mengidentifikasi seni rupa kontemporer sebagai perubahan paradoksal dari avant garde ke post avant garde, sedangkan John Grifith dan Endrew Benyamin menganggap seni rupa kontemporer bertentangan secara diametral dengan modernisme yang percaya pada universalisme. Seni rupa kontemporer tidak percaya lagi pada pusat-pusat perkembangan di mana pun, sebaliknya percaya pada perkembangan seni rupa dalam batas-batas kenegaraan. Menurut teoretikus Jerman Udo Kulterman pengertian kontemporer dekat dengan paham posmodern dalam arsitektur, paham baru ini menentang kerasionalan modernisme yang dingin dan berpihak pada simbolisme instingtif. Dalam teori yang lebih baru tercatat prinsip pluralisme yang terbanyak mendasari pengertian kontemporer sekarang ini. Dari berbagai keterangan di atas dapat ditentukan adanya dua paradigma aktivitas seni kontemporer. Pertama, kelompok yang mementingkan aktivitas seni sebagai aktivitas mental senimannya. Kedua, kelompok yang mementingkan aktivitas seni ditujukan bagi kepentingan masyarakat. Scruton melihat kecenderungan persepsi seperti itu sebagai sesuatu yang menyulitkan dalam penilaian estetik. Baca juga Seni Rupa Kontemporer Pengertian, Sejarah, Ciri & Contoh Seni Rupa Posmodern Post-modern Istilah posmodernisme muncul pertama kali di wilayah seni, yakni seni musik, seni rupa, fiksi, film, fotografi, arsitektur, kritik sastra, dan sebagainya. Di sisi lain istilah posmodern juga muncul di wilayah keilmuan yakni ilmu sosiologi, antropologi, geografi, filsafat, dan sebagainya. Peristilahan ini didefinisikan sesuai dengan konteksnya, istilah posmodern diartikan untuk menunjukkan reaksi yang muncul dari dalam modernisme, sebuah gerakan yang menolak modernisme yang mandek dalam birokrasi museum dan akademi, menjelaskan siklus sejarah baru yang dimulai sejak berakhirnya dominasi barat, surutnya individualisme, kapitalisme, dan kristianitas, serta kebangkitan budaya non barat, hilangnya batas antara seni dan kehidupan sehari-hari. Posmodernisme merupakan tumbangnya batas antara budaya tinggi dan budaya pop, pencampuradukan gaya yang bersifat eklektik, parodi, pastiche, ironi, kebermainan, dan merayakan budaya “permukaan” tanpa peduli pada “kedalaman” Sugiharto, 1996, hlm. 24-26. Posmodernisme dengan konsep pluralismenya telah menghapus pemilahan atau hirarki antara seni dan desain. Prinsip modernisme telah diubah menjadi Form Follow Fun’. Kedudukan fungsi yang selama ini diagung-agungkan oleh kalangan modernisme mengalami pergeseran pada era posmodernisme. Karya-Karya Seni Rupa Era Posmodernisme Kebudayaan posmodern tidak dapat dipisahkan dari perkembangan konsumerisme. Perkembangan masyarakat konsumer telah mempengaruhi cara-cara pengungkapan seni. Dalam masyarakat konsumer terjadi perubahan-perubahan mendasar yang berkaitan dengan cara objekobjek seni secara umum dikonotasi, dan cara model konsumsi ini direkayasa oleh para produser. Masyarakat konsumer memiliki tiga bentuk “kekuasaan” yang beroperasi di belakang produser dan kekuasaan media massa. Ketiga bentuk kekuasaan ini menentukan bentuk dan gaya seni. Di dalam masyarakat konsumer relasi antara subjek dan objek lebih tepat dijelaskan melalui peran subjek sebagai konsumer’. Maksudnya melalui perkembangan mutakhir dalam teknologi produksi, yaitu; otomatisasi dan komputerisasi, peran pekerja dapat diminimalisasi sedemikian rupa, sehingga relasi produksi semakin kehilangan maknanya. Bahasa Estetik Posmodernisme Wacana estetik posmodern mencerminkan bahwa tanda dan makna pada estetika posmodern bersifat tidak stabil, mendua, dan plural polysemy. Dalam wacana ini, lebih ditekankan pada permainan tanda, keterpesonaan pada permukaan dan diferensi, ketimbang makna-makna ideologis yang bersifat stabil dan abadi. Bahasa estetik posmodern bersifat hiperriil dan ironik yang meliputi Pastiche adalah karya sastra, seni atau arsitektur yang disusun dari elemen-elemen yang dipinjam dari berbagai pengarang, seniman atau arsitek dari masa lalu. Dalam mengimitasi karya masa lalu dalam rangka menghargai dan mengapresiasi seni. Sebagai karya yang mengandung unsur pinjaman pastiche mempunyai konotasi negatif sebagai miskin orisinalitas. Di samping itu pastiche adalah satu bentuk imitasi yang tanpa beban kritik dan perang menentang kemajuan serta sejarah, sebab sejarah tak dapaat diulangi. Pastiche juga dikatakan sebagai penggunaan topeng bahasa pengungkapan yang telah mati. Parodi adalah sebuah komposisi dalam karya sastra, seni atau arsitektur yang di dalamnya kecenderungan pemikiran dan ungkapan khas dalam diri seorang pengarang, seniman, arsitek, atau gaya tertentu diimitasi imitasi yang ditandai oleh kecenderungan ironik sedemikian rupa untuk membuatnya humoristik atau absurd. Efek-efek kelucuan dan absurditas biasanya dihasilkan dari distorsi atau plesetan ungkapan yang ada. Melalui konteks ini penggunaan kembali karya masa lalu yang dimuati dengan ruang kritik yang menekankan perbedaan ketimbang persamaan. Titik berangkat parodi bukanlah penghargaan, akan tetapi kritik, sindiran, kecaman, sebagai ungkapan rasa tidak puas atau sekedar menggali rasa humor dari karya rujukan yang bersifat serius. Kitch berakar dari bahasa Jerman verkitchen membuat murahan dan kistchen berarti memungut sampah dari jalanan. Kitch dalam bahasa estetik posmodern sering ditafsirkan sebagai sampah aristik atau sering pula didefinisikan sebagai selera rendah karena lemahnya ukuran atau kriteria estetik. Strategi Kitch adalah, mengkopi elemen-elemen gaya dari seni tinggi atau objek sehari-hari untuk kepentingan sendiri, yang produksinya didasari pada semangat memassakan atau mendemitosasi seni tinggi. Camp adalah satu bentuk dandysme tanpa identitas seks, dan karenanya menyanjung tinggi kevulgaran. Camp sering menekankan dekorasi, tekstur, permukaan sensual, dan gaya, dengan mengorbankan isi. Camp juga anti antagonisme seksual maskulin/feminin. Skizophrenia didefinisikan sebagai putusnya rantai pertandaan, yaitu rangkaian sintagmatis penanda yang bertautan dan membentuk satu ungkapan atau makna. Dalam konteksnya semua kata atau penanda, gambar, teks, atau objeknya dapat digunakan untuk menyatakan suatu konsep atau petanda Piliang, 1995, hlm. 39-41. Referensi Piliang, Y. A. 1995. Wawasan Semiotik dan Bahasa Estetik Post-modernisme. Jurnal Seni Rupa, 1, 95. Sugiharto, Bambang. 1996. Postmodenisme Tantangan Bagi Filsafat, Jakarta Kanisius. Tim Kemdikbud. 2017. Seni Budaya XI, semester 2. Jakarta Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.Berikutini merupakan beberapa fenomena seni rupa, kecuali answer choices Postmodern Pramodern Modern Primitivisme Question 2 30 seconds Q. Patung Dewi Kecantikan Yunani kalsik mengekspresikan makna seni dengan idealisasi bentuk mimetis rupa manusia merupakan contoh karya seni rupa answer choices Primitivisme Naturalisme Realisme Dekoratif
Signifikansi seni rupa pramodern adalah karya seni rupa yang hadir sebelum zaman industri yang berjasa muncul sebelum zaman modern. Perkembangan seni rupa bisa dilihat dari aspek kesejarahan nan merupakan interelasi perubahan, baik dari aspek konseptual maupun aspek kebentukan. Berikut adalah distribusi-sirkuit seni rupa pramodern yang tarik urat hingga saat ini. 1. Persebaran Primitivisme Primitivisme merupakan corak karya seni rupa yang memilik bilang rasam diantaranya bersahaja, sederhana, naif, jujur, sinkron, baik dari segi penggarapan buram alias pewarnaannya. Seniman adil bersumber belenggu profesionalisme, teknik, adat istiadat, dan tutorial formal proses reka cipta seni ini. Ciri-ciri distribusi primitivisme yaitu menyantirkan sebuah subjek dengan bagian yang sangat datar dan cenderung sangat tercecer sekali, selain itu juga tergoda dengan kehidupan makhluk momen zaman dahulu yang cenderung tertinggal. Perhatikan cermin patung Bidadari Kecantikan Yunani klasik mengekspresikan makna seni dengan idealisasi bagan mimesis mengimitasi atau meneladan rupa makhluk dalam wujud yang luhur dan sempurna. 2. Peredaran Faktualisme Naturalisme merupakan corak karya seni rupa dengan teknik pelukisannya yang berpedoman pada mimikri pan-ji-panji bakal menghasilkan karya seni. Oleh sebab itu artis jatuh cinta pada hukum proporsi, perspektif, ilmu tasyrih dan teknik pewarnaan untuk mendapatkan paralelisme nan sesuai dengan perwujudan bahan yang dilihat mata. Tokoh seniman Indonesia yang menganut aliran naturalism antara lain Pirngadi, Basoeki Abdullah, Trubus, Abdullah SR, Wakidi, Dullah, Rustamadji, Wahdi, dan lain sebagainnya. 3. Sirkuit Naturalisme Sirkuit seni rupa ini merupakan kronologi selanjutnya semenjak aliran naturalisme. Aliran ini muncul di retakan mayapada Barat selingkung medio abad ke-17. Aliran ini menunjukkan keyakinan artis terhadap realitas keduniaan yang kasat alat penglihatan sebagai korban penciptaan karya seni. Puas umumnya realisme dibedakan menjadi beberapa katagori, seperti faktualisme sosialis cenderung mengungkapkan adegan-adegan hayat orang nan serba sengsara, getir, dan pahit. Herbert Read menyatakan, seni rupa yang sepenuhnya bisa disebut andai utilitarian yaitu nan berusaha dengan segala daya cak bagi menyatakan perwujudan korban dengan tepat, dan seni sejenis ini, begitu juga halnya filsafat realisme, gelojoh berdasarkan atas religiositas keberadaan bebas bermula sesuatu. Jadi dalam pengertian murni aliran realis berusaha menayangkan keadaan secara nyata, artis realis memandang dunia ini tanpa adanya ilusi, mereka menciptakan karya seni rupa nan berwujud menggambarkan segala-apa yang berwujud dan tekun cak semau di dunia ini. Tokoh-tokoh realisme yang ada di Indonesia antara tidak Raden Alim realism romantis, S. Soedjojono, Dullah, Rustamadji realism fotografis, Dede Eri Supria, Ronald Manullang Naturalisme Baru. 4. Sirkulasi Dekorativisme Karya seni rupa dekoratif senantiasa berhubungan dengan hasrat bagi menyederhanakan bentuk dengan jalan mengadakan digresi. Ciri-cirinya merupakan bersifat kegarisan, ritmis, berpola, pengecatan yang rata, dan secara mahajana mempunyai kecondongan nan abadi untuk menggurit memakai. Tujuan dan sifat hias ini akan menyebabkan keindahan rupa ornamental tercatat kategori seni yang mudah dicerna oleh masyarakat. Puas karya seni dua dimensi buruk perut mengabaikan molekul perspektif dan anatomi, sedangkan sreg karya seni tiga format mengancaikan plastisitas gambar naturalistis. Karya seni rupa dekoratif dapat diklasifikasi menjadi 2 bagian utama, yakni ornamental figuratif dan dekoratif geometris. Dekoratif figurative adalah yang lazimnya ditandai dengan penggambaran wujud figure/ rencana-bentuk di alam yang kita kenali. Seperti mana misalnya pemandangan,, hewan-hewan di perdua rimba pasar, kota, lukisan semangat sehari-hari, dan lain sebagainya. Hanya teknik pelukisannya ini lain berupaya untuk ki belajar rupa secara realistis, melainkan dikerjakan dengan bentuk yang membosankan tanpa mengalkulasi aspek tagihan dalam penggarapan bentuk visual. Dekoratif geometris adalah karya seni rupa nan bebas dari peniruan duaja, perwujudannya yakni wasilah motif, lembaga, atau pola tertentu di penyelenggaraan sedemikian rupa sehingga memiliki kapasitas kerjakan membangkitkan perasaan keindahan intern diri pengamatnya. Lukisan-lukisan geometris cenderung membumi karena terikat puas pola, motif, atau bagan-bentuk dan teknik pembayangan yang menghendaki ketrampilan dan kesabaran dalam proses kreasinya. Acuan seni rupa dekoratif geometris dapat dilihat plong kelakuan hias di daeerah-daerah seluruh kepulauan Indonesia. Misalnya motif saur berganda, lingkaran, bulat panjang, setengah lingkaran, segi tiga, prisma, empat persegi, dan lain-lain. Motif tersebut biasanya tersusun rapi denganteknik pengulangan, sehingga tercipta satu harmoni. Karena penempatannya menggarisbawahi keselarasan dan kerapian, maka dalam bentuk tradisional komposisinya simetris. Namun kerap pun kita jumpai dalam era modern komposisi nan bebas, seperti lega karya Sapto Hudoyo dan Hatta Hambali. Tokoh-dalang pelukis ornamental asal Indonesia adalah Amrus Natalsya, Irsam, Sarnadi Adam, Ahmad Sopandi, Kartono Yudokusumo, Widayat, Suparto, Ratmoyo, Batara Lubis, Boyke Aditya, Kuncana, I Gusti Made Deblog, I Gusti Nyoman Lempad, I Gusti Ketut Kobot, dan masih masih banyak lagi.
Dalamseni rupa pramodern, berikut adalah aliran yang digunakan: Primitivisme Realisme Naturalisme Dekoratif Pembahasan Seni rupa adalah salah satu bentuk dari seni visual yang karya seninya terbentuk dari gabungan unsur-unsur visual yang disusun mengikuti prinsip seni rupa sehingga bisa menciptakan kesatuan yang harmonis dan indah.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada awal abad ke-19 menyebabkan munculnya alat dan bahan berbagai produk. Keadaan ini akhirnya mengubah berbagai aspek kehidupan manusia, tak terkecuali dalam bidang seni rupa. Perhatian manusia cenderung pada hal-hal yang bersifat material, sehingga dunia ini seakan-akan menyisihkan seni rupa. Hal ini menyebabkan seniman-seniman berontak. Pemberontakan seniman tersebut termanifestasikan dalam bentuk-bentuk kreativitas, terutama kreativitas seni, sehingga lahirlah aliran-aliran dalam seni rupa. Aliran-aliran dalam seni rupa yang muncul ada yang selaras, saling meneruskan, atau menentang aliran sebelumnya. Aliran dalam seni rupa beraneka ragam. Menurut perkembangan atau periodesasinya aliran atau gaya karya seni rupa dibedakan menjadi tiga, yaitu Tradisional, Modern, dan Post Modern. Beberapa aliran seni rupa tersebut antara lain sebagai berikut ini. Aliran Seni Rupa Tradisional 1. Aliran Klasikisme Aliran seni rupa ini berkembang pada awal abad ke-19 dan berpusat di Perancis. Kesenian Klasikisme mengacu pada kebudayaan Yunani Klasik dan Romawi Klasik. Ciri-ciri seni Klasikisme antara lain a. dibuat-buat dan berlebihan, b. indah dan molek, c. dekoratif. Tokoh-tokoh aliran ini antara lain Watteau, Vigee Lebrun, Ringaud, Fragonard, dan Marisot Boucher. Contoh karya seni Lukis aliran Klasikisme dan Neo-Klasikisme 2. Aliran Neo-Klasikisme Aliran seni rupa ini merupakan lanjutan dari aliran Klasikisme dengan tokohnya Jacques Louis David. Pelukis ini juga memimpin sekolah tinggi seni rupa yang pertama di Perancis yang bernama Royal Academy. Selain itu, David juga pelukis zaman Napoleon. Salah seorang muridnya bernama Jean Ingres 1780-1867. Ciri-ciri aliran ini adalah a. terikat pada norma-norma intelektual akademis, b. bentuk selalu seimbang dan harmonis, c. batasan-batasan warna bersifat bersih dan statis, raut muka tenang berkesan agung, d. berisi cerita lingkungan istana, cenderung dilebih-lebihkan. Aliran Seni Rupa Modern 3. Aliran Romantisme Aliran seni rupa ini merupakan penentang aliran neo-klasikisme yang cenderung statis, membuai, tenang, dan tak bergerak. Aliran Romantisme mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. a. Mengandung cerita yang dahsyat dan cenderung emosional. b. Penuh gerak secara dinamis. c. Batasan-batasan warna bersifat kontras dan meriah. d. Pengaturan komposisi hidup. e. Mengandung kegetiran dan menyentuh perasaan. f. Kedahsyatan melebihi kenyataan. Karya lukis beraliran Romantisme yang sangat terkenal adalah Rakit Medusa karya Theodore Gericault 1791-1824 Seniman Romantisme lainnya adalah Euguene Delacroix 1798-1863, Jean Baptiste 1796-1875, Henri Rousseau 1812-1867, Jean Francois Millet 1814-1875 , Ludwig Richter 1803-1884 , Kasper Frederich 1779-1853, Von Schind 1804-1871, J. Pieneman 1779-1853, Andreas Schelfout 1787-1899 , David Blez 1821-1899, Vernet, Raffet. 4. Aliran Realisme Aliran seni rupa ini sebagai suatu protes terhadap aliran Romantisme yang melebih-lebihkan kenyataan. Aliran yang dicetuskan oleh Gustave Courbert ini berdasar pada konsep, bahwa lukisan pada dasarnya seni yang konkrit, ada, dan terjadi dalam masyarakat. Jadi, obyek kejadiannya tidak hanya di lingkungan istana saja. Oleh karena itu, aliran Realisme sering menampilkan figur-figur rakyat biasa dalam karya lukisnya. Tokoh-tokoh Realisme lainnya adalah Jean Francois Millet, dan Honore Daumer. Contoh karya seni lukis Aliran Romantisme, Realisme, Naturalisme, dan Impresionisme 5. Aliran Naturalisme Aliran seni rupa ini mempunyai konsep, bahwa seni lukis yang baik adalah seni lukis yang sama persis secara visual dengan benda-benda yang dilukisnya. Jadi, ia bersifat fotografis. Alira ini dianggap sebagai bagian dari realisme dengan memilih objek yang indah dan cenderung membuai, dengan hasil visual yang mirip objek aslinya. Dalam perkembangannya aliran ini cenderung memperindah objek secara berlebihan. Tokoh-tokoh aliran Naturalisme adalah George Vicat Cole, Rembrant, Luiz Alvarez Catala, John Constable, William Callow. 6. Aliran Impresionisme Bermula dari pameran pada tahun 1874 di Paris oleh 30 seniman, ada satu lukisan yang dipamerkan berjudul "Impression Rising Sun" karya Claude Monet. Lukisan tersebut digunakan oleh Loui Leroy untuk mengkritik pameran tersebut dalam koran ’Charivari’. Leroy mencibir pameran tersebut sebagai suatu impresi yang artinya terlalu mengesankan pandangan biasa. Kemudian istilah tersebut digunakan sebagai nama kelompok tersebut. Dalam melakukan kegiatan melukis, seni lukis Impresionisme sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Mereka berusaha menangkap efek-efek cahaya dan warna yang terdapat dalam suatu benda. Jadi, yang ditampilkan adalah kilasan cahaya yang terpantul oleh benda dalam keadaan cuaca tertentu. Hal ini menyebabkan seniman harus dapat melukis secara cepat. Selain itu, kegiatan melukis biasanya dilakukan di luar studio. Konsepsi yang demikian menyebabkan lukisan aliran Impresionis biasanya tidak mempunyai kontur yang jelas. Yang nampak hanya efek-efek warna yang membentuk wujud tertentu. Seniman-seniman Impresionisme pada kenyataannya lebih kreatif dan matang dalam pengolahan warna. Tokoh-tokoh aliran Impresionisme adalah a. Claude Monet 1840-1926 b. Edgar Degas 1834-1917 c. Pierre Auguste Renoir 1841-1919 d. Alfred Sisley 1839-1899 e. Edouard Manet 1823-1883 f. Camille Pissarro 1831-1903 g. Paul Cezanne, h. Adolph Von Menzel 1815-1905 i. Liebermann, j. Johannes Bosboom, k. Paul Gabriel, l. Williem Misdag, m. Berthe Morrisot, n. Vincent van Gogh, o. Hendy de Toublous Lautrec. 7. Aliran Post-Impresionisme/ Pointilisme Aliran Post-Impresionisme mengembangkan perenungan problem sinar dengan lebih mendalam. Kehadiran teori spektrum warna oleh Isaac Newton mengilhami konsepsi Paul Signac yang berpendapat bahwa suasana selalu dipengaruhi oleh spektrum yang berubah-ubah. Paul Signac membuktikan pendapatnya ini dengan cara melukis menggunakan titik-titik warna yang saling berdekatan pointilisme. Dari titik-titik warna tersebut didapat aspek warna baru. Pelukis yang juga menggunakan teknik ini adalah Georges Seurat. Vincent van Gogh mengembangkan teknik ini dengan teknik garis-garis warna yang pendek-pendek. Hal lni dapat kita lihat dalam karya-karyanya yang berjudul Potret Diri dan Sun Flower. Pada masa yang sama, Paul Cezanne memberi inspirasi kepada kaum muda dengan cara membuat obyek lukisan yang disederhanakan. Obyek-obyek tiga dimensi dilukis menjadi bidang-bidang yang banyak sekali memenuhi bidang. Bidang-bidang tersebut dipenuhi dengan warna. Cara Cezanne inilah yang dikemudian hari mengilhami munculnya aliran Kubis. Tokoh-tokoh aliran Post-Impresionis/ Pointilisme adalah a. Paul Signac 1863-1935, b. Georges Seurat 1859-1891, c. Paul Cezanne 1839-1906, d. Vincent van Gogh 1853-1890, e. Paul Gauguin 1848-1903. 8. Aliran Ekspresionisme Pada tahun 900-an para pelukis mulai tidak puas dengan karya-karya yang hanya menonjolkan bentuk obyek saja. Mereka mulai menggali dan memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan pengalaman batin. Dengan pengalaman-pengalaman batin tersebut, mereka bisa memindahkan obyek ke atas kanvas dengan ekspresi jiwa. Dengan demikian, pelukis tidak hanya menggambar berdasar pengamatan visual saja, namun juga obyek yang tertangkap oleh pengamatan jiwa dan perasaan. Vincent van Gogh 1853-1890 adalah pelukis yang merasa tidak puas terhadap aliran Post-Impresionisme yang telah digelutinya beberapa tahun. Di akhir abad ke19, ia mengembara ke Perancis Selatan dan banyak melukis potret serta pemandangan alam dengan warna-warna yang kuat. Langkah Van Gogh inilah yang menjadi tonggak kemunculan aliran Ekspresionisme. Tokoh-tokoh aliran Ekspresionisme adalah a. Vincent van Gogh, b. Paul Cezanne, c. Paul Gauguin, d. Emil Nolde, e. Karl Schmidt, f. Mondesohn, g. Leo Gestel, h. Henry Jonas, i. Charley Toorop, j. Eduar Mach, k. James Ensar, l. Ferdinant Holder, Pelukis Indonesia yang termasyhur dalam aliran ini antara lain Affandi dan S. Sudjojono. Contoh karya seni Lukis Aliran Pointilisme, Ekspresionisme, Fauvisme, dan Kubisme 9. Aliran Fauvisme Pada tahun 1950 di sebuah Salon d’Automne diadakan pameran oleh seniman-seniman muda. Lukisan-lukisan yang dipamerkan merupakan karya-karya yang sama sekali baru dari aliran-aliran yang ada sebelumnya. Lukisan-lukisan tersebut betul-betul membebaskan diri dari batasan-batasan aliran sebelumnya. Aliran seni rupa ini berusaha mengembalikan warna pada peranannya yang mutlak. Fauvisme berasal dari bahasa Perancis Des Fauves yang berarti “Binatang Jalang”. Istilah tersebut digunakan oleh Louis Xeuxelees untuk mengkritik pameran yang diadakan di Salon d’Automne tersebut. Namun, kemudian istilah ini digunakan sebagai nama kelompok tersebut. Aliran Fauvisme juga menekankan pada penggunaan garis kontur dan warna yang berani. Mereka menggambar apa yang mereka sukai tanpa memikirkan isi dan arti yang mereka buat. Tokoh-tokoh aliran Fauvisme antara lain a. Henri Matisse, b. Henri Rousseau, c. Roul Dufy, d. Jan Sluyter, e. Kees van Dongen, f. Leo Gestel. 10. Aliran Kubisme Aliran seni rupa ini dilatarbelakangi oleh konsep Paul Cezanne yang menyatakan bahwa bentuk dasar dari segala bentuk adalah silinder, bola, dan balok. Semua bentuk yang ada di alam dipengaruhi oleh perspektif sehingga bidang tertuju ke titik tengah. Istilah Kubisme berasal dari kata ’Top de Cubisme’ yang dilontarkan Henri Matisse atas karya-karya Georges Braque yang berjudul ’Panorama’ dalam pameran tahun 1908. Dalam lukisan Georges Braque tersebut, rumah-rumah dilukis dalam bentuk kotak-kotak kubus. Lebih lanjut aliran ini dapat dibedakan menjadi beberapa aliran, seperti berikut. a. Kubisme Analitik Aliran ini dilandasi oleh pemikiran bahwa suatu benda yang akan dilukis harus dianalisa per bagian, sehingga ia menjadi bagian-bagian faset yang dipaparkan dalam satu kesatuan yang memenuhi kanvas. b. Kubisme Sintetik Aliran ini dilandasi oleh pemikiran bahwa benda yang dilukis berupa suatu sintesa dari bentuk-bentuk dasar hasil analitik yang tersusun kembali dalam suatu struktur semula. Tokoh tokoh aliran Kubisme ini antara lain l Georges Braque, 2 Pablo Picasso, 3 Leo Getel, 4 Otto van Rees, 5 Jan Sluyter, 6 Juan Gris, 7 Fernand Leger. 11. Aliran Abstraksionisme Aliran abstraksionisme adalah aliran yang berusaha melepaskan diri dari sensasi-sensasi atau asosiasi-asosiasi figuratif suatu obyek. a. Abstrak Kubistis/ Abstrak Geometris Yaitu abstrak dalam bentuk-bentuk geometris murni seperti lingkaran, kubus, segitiga, dan sebagainya. Konsep aliran ini adalah mengabstraksi objek-objek geometris menjadi bentuk non-objektif. Tokoh aliran ini adalah Wassily Kandisky. Aliran seni rupa ini selanjutnya berkembang menjadi lebih spesifik dan terbagi menjadi 1. Suprematisme Aliran ini lebih mengutamakan supremasi perasaan secara murni dengan objek-objek yang tidak terlalu membingungkan. Tokoh aliran ini adalah Kazimir Malevich dari Rusia 1913. 2. Neoplastisisme Aliran ini lebih memberikan kebebasan esensi atau unsur seni rupa seperti warna dan garis dari beban peniruan bentuk-bentuk alam. Bidang datar tidak dipakai untuk memanipulasi gambar ruang. Penyederhanaan dan pemurnian ini diusakahan untuk mencapai universalitas. Tokoh aliran ini adalah Piet Mondrian 1872-1945. 3. Konstruktivisme Aliran ini berusaha mengkonstruksikan bentuk tiga dimensi yang abstrak dengan menggunakan bahan-bahan bangunan modern dari plastik, kawat, kayu, dan besi. Tokoh aliran Konstruktivisme adalah Vladimir Tatlin, Naum Gabo, Alexander Calder's, Antonie Pevner, Max Bill. 4. Optical Art Aliran ini menggunakan unsur berupa bentuk geometris yang berulang. Penataan garis, warna dan bentuk dengan akurasi tepat untuk memunculkan kesan tekstur atau ruang hingga dapat mengelabuhi penglihatan. Aliran ini lebih mengutamakan unsur ilmiah dan mengabaikan ekspresi. Tokoh aliran Optical Art adalah Victor Vasarely, Richard Anuszkiewich. b. Abstrak Nonfiguratif Yaitu abstrak dalam arti seni lukis haruslah murni sebagai ungkapan perasaan. Garis mewakili garis, warna mewakili warna, dan sebagainya. Bentuk-bentuk alam ditinggalkan sama sekali. Menggambarkan ekspresi gejolak jiwa secara spontan dan abstrak. Tokoh aliran ini adalah Ashile Gorky, Roberto Matta. Aliran ini berkembang menjadi lebih spesifik dan terbagi menjadi 1. Color Fild Painting Lebih menampilkan bidang-bidang yang relatif lebar dan berwarna. Tokoh aliran ini adalah Francis Picabia, Ben Nicholson. 2. Action Painting Aliran ini lebih mengutamakan aksi cara melukis daripada bentuk. Tokoh aliran ini adalah Jackson Pollock, Therese Oulton. Contoh karya seni Lukis Aliran Abstraksionisme 12. Aliran Futurisme Aliran seni rupa ini lahir di Italia pada tahun 1909 sebagai reaksi terhadap aliran Kubisme yang dianggap statis. Lukisan-lukisan Futurisme menggambarkan garis-garis yang dinamis penuh gerak. Karena jtu tema-tema yang dipilih biasanya menggambarkan kesibukan-kesibukan seperti perang, pesta, arak-arakan, kerusuhan, dan sebagainya. Tokoh-tokoh aliran Futurisme antara lain a. Carlo Carra, b. Buido Severini, c. Umberto Boccioni, d. Marinetti. 13. Aliran Dadaisme Aliran seni rupa ini merupakan pemberontak konsep-konsep aliran sebelumnya. Aliran Dadaisme mempunyai sikap memerdekakan diri dari hukum-hukum seni yang telah berlaku. Ciri aliran ini adalah sinis, nihil, dan berusaha melenyapkan ilusi pada karya-karyanya. Dada sendiri berasal dari istilah Perancis yang berarti kuda. Istilah ini untuk menggambarkan kebinalan, keliaran, dan kebrutalan lukisan Dada. Aliran ini dilatarbelakangi oleh kekejaman Perang Dunia I yang tak kunjung padam. Perang yang tak henti-henti memberi kesan telah hilangnya nilai sosial dan nilai estetika dari muka burni. Sikap protes para seniman melahirkan karya-karya yang nihil. Pada tahun 1916, seniman-seniman yang terdiri dari Tristan Tzara, Marcel Janco, Hugo Ball, Richard Huelsenbeck, dan Hans Arp berkumpul di kota Cabaret Voltaire Jerman untuk melahirkan karya-karya beraliran Dadais. Aliran ini mencapai puncaknya pada tahun 1920-an dengan tokohnya a. Paul Klee, b. Kurt Scwitters, c. Tristan Tzara, d. Marcel Janco, dan lain-lain. Contoh karya seni Lukis Aliran Futurisme, Dadaisme, Figuratif, dan Surealisme 14. Aliran Surealisme Andre Breton mendefinisikan Surealisme dengan istilah "pure psychic automatism" atau otomatisme kejiwaan yang murni. Aliran Surealis banyak dipengaruhi oleh teori analisa psikologi Sigmund Freud mengenai ketidaksadaran dalam anatomisme dan impian. Seniman Surealis berpendapat bahwa karya-karya mereka merupakan otomatisme psikis yang murni dan bersandar pada realitas yang superior dari kebebasan asosiasinya. Seni Surealisme sering tampil dengan tidak logis dan penuh fantasi, seakan-akan melukis alam mimpi saja. Segala ketidakmungkinan dapat muncul dalam lukisan Surealis. Aliran ini dibagi atas 2 jenis aliran lagi. a. Surealisme Figuratif Surealisme jenis ini masih menampilkan bentuk nyata dan wajar yang disusun dalam struktur yang fantastis, sehingga pelukis aliran ini harus menguasai teknik dan bahan secara baik. Tokoh aliran Surealis jenis ini adalah Salvador Dali, Max Ernst, Odilon Redon, dan Marc Chagall. b. Surealisme Abstraktif Surealisme jenis ini tidak lagi menggunakan ingatan sebagai sumber atau tempat obyek. Obyek-obyek yang muncul sering berupa simbol-simbol bawah sadar. Tokoh-tokoh aliran ini adalah Andre Masson dan Joan Miro. 15. Aliran Pop-Art Aliran seni rupa ini lahir pada tahun 1956, sebagai pernyataan bahwa aliran ini bagian dari seni modern yang berlaku saat ini, dan tidak mengada-ada. Obyek yang ditampilkan adalah benda-benda yang sudah ada. Bentuk lukisan Pop-Art sering bersifat lucu, ironis, dan karikatural. Aliran Pop-Art lahir di Amerika Serikat dengan tokohnya Tom Wasselmann dan Claes Oldenburg. Contoh karya seni Lukis Aliran Pop-Art dan Aliran Post Modern Aliran Seni Rupa Post-Modern 16. Aliran Post-Modern atau Kontemporer Hingga kini masih terdapat perbedaan pendapat dalam pengklasifikasian gaya atau aliran seni rupa sesudah periode Modern. Namun, secara umum pengertian Post-Modern atau disingkat postmo adalah gaya seni rupa pasca modern. Sejalan dengan perkembangan budaya masyarakat dunia, seni rupa juga mengalami perkembangan gaya. Aliran seni rupa Post-Modern memiliki ciri-ciri berupa perpaduan antara penyederhanaan bentuk dan minimnya ornamental. Aliran Post-Modern lebih bebasa dan cenderung tidak dibatasi aturan tertentu. Aliran ini banyak melakukan eksplorasi unsur rupa. Tema yang cukup dominan dalam karya karya Post-Modern adalah tema kemasyarakatan dan kritik sosial. Baca juga Jenis Aliran Seni Lukis dan Contoh lukisan Pengertian dan Contoh Karya Seni Rupa 2 Dimensi Lengkap Seni Rupa Murni dan Seni Rupa Terapan, Pengertian dan Contohnya Salahsatu aliran dari Seni Lukis Pra Modern adalah Aliran Primitivisme. Berikut ini sedikit penjelasan mengenai fungsi Seni Lukis Aliran Primitivisme. 1. Primitivisme Pengertian Seni Lukis Primitivisme Berdasarkan nama alirannya (Primitivisme) yang berasal dari kata Primitif yang berarti sangat sederhana dan belum maju 1. - Seni rupa merupakan salah satu bentuk karya kesenian tertua di dunia. Pengertian konvensionalnya adalah hasil olah rasa yang bisa ditangkap mata dan dirasakan melalui indra perabaan. Seiring berjalan waktu, muncul juga karya seni rupa digital yang hanya mengandalkan kekuatan visual dan tak bisa diraba. Namun, tulisan ini membatasi pada periode seni rupa pramodern tidak termasuk seni rupa digital. Apa saja aliran-aliran seni rupa di masa tradisional tersebut? Dyastiningrum dalam Antropologi 2009 menyatakan bahwa seni rupa merupakan olahan konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan berdasarkan acuan estetika. Bentuk seni rupa sangat beragam, mulai dari seni rupa murni yang terdiri dari instalasi, seni keramik, patung, lukisan, hingga karya dua atau tiga dimensi jenis seni rupa terapan, ada karya kriya yang sangat mengandalkan indra perabaan, mulai dari seni tekstil, kriya kayu, rotan, dan sebagainya. Seni rupa pramodern adalah periode seni rupa tradisional dan sangat konvensional. Penamaan istilah "pramodern" mengacu pada kurun waktu sebelum pembabakan seni rupa beralih menjadi "modern", serta belum mencapai zaman industri. Seni rupa pramodern, menurut Nanang Ganda Prawira dan Nanang Supriyatna dalam Materi dan Pembelajaran Seni Rupa adalah seni yang lahir sebelum abad ke-18 dan belum dipengaruhi oleh tren seni industri. Corak seni rupa pramodern sering terikat dengan alam. Pendefinisian keindahan dalam seni rupa periode ini berdasarkan hubungan harmonis antara imajinasi dan pikiran ide seniman. Baca juga Tujuh Tokoh Seni Rupa Indonesia Affandi hingga Popo Iskandar Pengertian Seni Rupa Murni Kenali Aspek-Aspek Beserta Contohnya Aliran-aliran Seni Rupa Pramodern Aliran seni rupa pramodern terdiri atas aliran primitivisme, naturalisme, realisme, dan dekoratif. Berikut ini penjelasan mengenai aliran seni rupa pramodern tersebut, sebagaimana dikutip dari Seni Budaya 2017 yang ditulis Sem Cornelyoes Bangun, dkk. 1. PrimitivismeSebagaimana namanya, aliran primitivisme adalah aliran seni rupa yang sangat sederhana, bersahaja, spontan, dan jujur baik dari segi bentuk maupun pewarnaannya. Pada aliran seni rupa ini, seniman terbebas dari kekangan profesionalisme, tradisi, teknik, atau metode formal pembuatan karya seni. Contoh karya seni primitif adalah patung-patung peninggalan masa silam, termasuk patung Dewi Kecantikan Yunani Klasik. Karya tersebut mengekspresikan estetika purba, bentuk mimesis tiruan rupa manusia dalam wujud indah dan sempurna menurut bayangan ideal perupa yang membuatnya. 2. NaturalismeAliran naturalisme merupakan bentuk seni rupa pramodern yang kerap dijumpai di zaman tersebut. Pada bidang dua atau tiga dimensi, karya seni rupa naturalisme benar-benar meniru alam untuk memproduksi karya seni. Misalnya, lukisan alam atau pemandangan hal bentuk, proporsi, perspektif, anatomi, hingga teknik berusaha agar semirip mungkin dengan perwujudan objek yang dilihat mata. Di Indonesia, perupa yang terkenal menggunakan teknik naturalisme adalah Abdullah SR, Wakidi, Pringadi, Basoeki Abdullah, Trubus, Dullah, Rustamadji, Wahdi, dan sebagainya. 3. RealismePerkembangan lanjutan dari naturalisme adalah aliran realisme. Jika tidak dicermati seksama, aliran realisme memiliki kemiripan dan nyaris sama dengan naturalisme. Akan tetapi, bedanya dari naturalisme berfokus pada alam, aliran realisme cenderung mengangkat atau menyampaikan kenyataan hidup sehari-hari. Karena itu, aliran ini juga dikenal sebagai realisme sosial social realism. Karya seni rupa bergaya realisme berupaya menggambarkan kehidupan manusia atau masyarakat biasa dalam kehidupan sehari-hari, tanpa intensi melebih-lebihkan atau membuatnya menjadi indah. Lukisan seni rupa realisme ini adalah penggambaran kehidupan sehari-hari atau kenyataan sosial manusia apa adanya. Contoh lukisan realisme yang terkenal adalah The Anatomy Lesson of Dr. Nicolaes Tulp atau Pelajaran Anatomi Dr. Nicolaes Tulp 1632 karya Rembrandt van Rijn 1606-1669. Dalam lukisan tersebut, Rembrandt menggambarkan Dr. Nicolaes Tulp, seorang dokter Belanda ternama sedang menjelaskan anatomi lengan atas pada beberapa dokter di masa itu. Rembrandt melukiskan peristiwa nyata yang terjadi pada 31 Januari 1632. 4. DekoratifAliran seni rupa pramodern yang terakhir adalah seni dekorasi. Corak aliran ini adalah penyederhanaan bentuk dengan melakukan sejumlah distorsi pada objek yang dibuat. Ciri-ciri seni rupa dekoratif misalnya berfokus pada garis, pola, ritmis, pewarnaan yang rata, dan bertendensi untuk menghias objek tersebut. Secara umum, aliran seni rupa dekorasi terbagi menjadi dua dekorasi figuratif dan dekorasi geometris. Pertama, dekorasi figuratif berupaya menggambarkan wujud figur atau objek yang kita kenali sehari-hari, misalnya pemandangan alam, pasar, kota, atau hewan. Akan tetapi, berbeda dari lukisan realis atau naturalis, teknik dekorasi figuratif tidak berupaya meniru apa adanya, melainkan dikerjakan dalam bentuk datar, tanpa memperhitungkan volume, proporsi, atau penggambaran dalam bentuk pakem visual. Kedua, dekorasi geometris berupaya menggambarkan objek yang bebas dari peniruan alam. Susunan motif, bentuk, dan polanya dibikin sedemikian rupa sehingga menghasilkan cita rasa seni. Contoh seni rupa dekorasi geometris dapat dilihat pada sejumlah ragam hias di Nusantara, misalnya motif pilin berganda, lingkaran, elips, setengah lingkaran, segi tiga, prisma, empat persegi, dan sebagainya. Karya seni rupa dekorasi geometris sangat terikat dengan pola, motif, bentuk, dan teknik yang menuntut keterampilan seksama. Motif-motif tadi disusun dengan rapi melalui teknik pengulangan yang agar tercipta harmoni dan komposisi yang enak juga Pengertian Naturalisme dan Realisme dalam Seni Rupa serta Contohnya Aliran Seni Rupa 3 Dimensi Patung Simbolisme hingga Robot Art - Pendidikan Penulis Abdul HadiEditor Addi M Idhom
- Selain aliran naturalisme dan primitivisme, terdapat aliran realisme dalam seni rupa pramodern. Aliran ini menggambarkan kehidupan sehari-hari ke dalamkarya seni tanpa dibuat-buat. Meski deskripsinya terasa hampir sama dengan aliran naturalisme, tetapi keduanya berbeda, Adjarian. Pada aliran realisme, seniman biasanya melukis kenyataan yang pahit dari kehidupan manusia. Sementara itu dalam naturalisme, seniman melukiskan atau menggambarkan sesuatu yang berhubungan dengan keindahan alam dengan apa adanya. Pengertian Aliran Realisme Aliran realisme pada seni rupa modern adalah aliran yang mengangkat peristiwa sehari-hari yang dilakukan masyarakat luas menjadi sebuah karya seni. Realisme pada seni rupa merujuk pada tingkat kemiripan atau keakuratan gambar lukisan dengan referensinya. Menurut KBBI, realisme berarti aliran kesenian yang berusaha melukiskan atau menceritakan sesuatu sebagaimana kenyataannya. Oleh sebab itu, karya seni yang mengikuti aliran realisme berusaha untuk menciptakan seni sealamiah dan semirip mungkin dengan aslinya. "Aliran realisme menggambar objek dalam kehidupan sehari-hari secara rill tanpa dibuat-buat." Baca Juga Apa yang Dimaksud Aliran Naturalisme dalam Seni Rupa Pramodern?ZpaDtuo.